Myra my Luv


Suatu malam beberapa hari yang lalu menjelang bulan puasa. Aku pulang dari kantor ke depok pukul 19.00, tidak seperti biasanya pkl 21.45 dari Gondangdia. Aku naik kereta Depok Express yang karena terlambat masih harus menuju kota dulu sebelum balik lagi ke arah Manggarai-Pasar Minggu-Depok.
Duduk diujung bangku paling pinggir, aku berharap memiliki tempat yang lebih longgar untuk meluangkan waktu membaca buku Gideon Spies, buku tentang kisah intelijen Israel Mossad.


Kemudian tiba di stasiun Gambir, kereta berhenti, penumpang ke depok masuk dan duduk disebelahku, seorang lelaki dengan usia sekitar 40an tahun. Yang sering berdiri disampingku walaupun aku juga tidak kenal siapa dirinya. Kemudian setelah mendapatkan poisisi steady state yang nyaman di sebelahku,  Lelaki ini menelpon ke seseorang diseberang ujung sana, entah mana.
Mula-mula aku tidak memperhatikan, dan menganggap itu hal yang biasa seseorang kontak dengan relasi selama perjalanan di kereta entah urusan apa. Baik hanya sekedar say Hello atau urusan bisnis/kerjaan di kantor. Tetapi dari gaya bicara dan rangkaian kata-kata bernada seduction approach membuat aku terpaksa mendengar dan akhirnya memilih menutup buku dan mendengarkan apa yang dibicarakan oleh lelaki itu kepada lawan bicara diujung sebelah sana. Lelaki ini rupanya bukan hanya sekedar “say hello” tetapi sudah berubah menjadi “hello say” kepada orang diseberang sana tadi.
Dari tekanan suara dari kata-kata lelaki ini, aku mengenal sebagai kata model-model suara dari instansi tertentu, yang dimana subordinasi dari atasan ke bawahan sangat kuat. Apalagi ketika dia berbicara mengenai seseorang yang menjadi atasan mereka berdua di kantor, kemudian berdinas di bagian yang lain.
Dari pembicaraan ini kelihatan yang dominan sekali berbicara adalah si lelaki ini. Dominan dari segi arah bicara sekaligus dominan dari lamanya –kalau menggunakan statsistik sangat memungkinkan 60:40 atau lebih dikit- . dengan pembicaraan dari lelaki ini yang lebih dominan, maka arah dan tema pembicaraan dapat dikira2 sendiri.
tampaknya lelaki ini menyukai orang diujung sana dan orang yang diujung sana sepertinya setengah-setengah terpaksa menuruti. Toh walaupun begitu pembicaraan berlangsung lama dan asyik dan sambung menyambung pembicaraannya, tidak terjadi blocking.  Hehehe beda banget nih sama aku , si bapak sebelah ini. Aku kira seorang disebarang sana adalah seorang wanita. Jika ternyata salah berarti ada kelainan dilelaki sebelahku ini.
Walaupun hanya mendengarkan dari lelaki itu, tetapi dikepala segera mengambil satu kesimpulan yang tidak terbantahkan. “Lelaki ini sedang bosan dengan rutinitas Keluarganya dan sedang berupaya untuk mendapatkan dinamika yang berbeda dari yang ada dirumah” Selingkuhlah kata-kata vulgarnya.  Selingkuh tetapi belum sampai. Dan kalau hanya sebatas kata-kata, kemudian bisa menjadi “Selingkuh Tapi blm Sampai”
Dengan memanfaatkan pulsa murah dari HP pembicaraan dengan orang yang mememiliki tempat yang special dapat berlangsung lebih lama.
Lelaki berbicara seperti tanpa mengenal lagi bahwa dia sedang dikereta dan juga dilihatin oleh orang-orang yang ada disekelilingnya. Aku hanya salah satunya. Apalagi kalau dia sedang tertawa disela pembicaraannya.
Sekali waktu lelaki ini mengeluarkan kata-kata, “maaf ya say, aku tidak bermaksud menyinggung perasaanmu kok !” dan beberapa rangkaian kata-kata yang lain yang merupakan kata-kata gentlement lelaki kalau lagi mabuk kasmaran.
Memang lebih enak berbicara dengan orang yang diharapkan tetapi baru memiliki kesempatan di ”pertengahan” semua pembicaraa terasa indah, karena berada dalam harap-harap cemas. Antara diterima dan ditolak. Masih berada diluar Zona kenyamanan. Satu kondisi yang membuat seseorang menjadi kreatif.
beda banget kalau sudah sekian lama dengan istrinya. Orang yang sudah didapatkan dan sekarang ditaruh dirumah. kalau yang telpon adalah istri dirumah, tanya jawabnya berlangsung sangat singkat. Paling juga tidak sampai satu menit atau hanya menyebutkan”ya-tidak!” cukup untuk memberi respons.
Aku membayangkan seorang lelaki yang sudah berumah tangga dimana kehidupan dikantor dan bertemu dengan seseorang bisa jadi lebh intens dari pada bertemu dengan istri dan anak-anaknya. Dan yang jelas teman dikantor sangat dimungkinkan masih lajang dan masih muda. Biasanya karena jarak sosial tertentu masih menggunakan jaga image (dari kedalaman tertentu) yang membuat teman dikantor jauh lebih menarik dari dari pada istri di rumah. Seperti Ibarat “dari arah Klaten, Gunung Merapi akan tampaklebih indah dipandang, dari pada, dari gunung merapi itu sendiri”
Sementara istri di rumah karena keseringan bertemu, lebih sering akan pasang tampang masam ketika berhadapan di rumah. Apalagi diakhir bulan, ketika semua tagihan-tagihan mencapai titik puncaknya. Sementara si suamipun mendapatkan tampang masam begini, akan pasang tampang masam pula.
Aku kemudian juga membayangkan, istri teman kantor yang tiba-tiba bertanya kepadaku mengenai seorang staff perempuan yang masih lajang. Dan bagaimana hubungannya dengan suaminya. (Sebuah pertanyaan yg tidak tepat. Karena bagaimanapun juga aku akan tetap melindungi temanku dari pada terjadi perang dunia di rumahnya). padahal kalau diperhatikan rasa-rasanya hubungan keduanya dingin2 saja. Interaksi wajar-wajar saja, Jauh dari hubungan yang memiliki unsur roman. (ini Prasangka baik dari interaksi selama ini aja, bahwa tidak ada hubungan yang special diantara temanku itu).
Memasuki Lenteng Agung, setelah sambungan pembicaraan mengalami 3x putus dan kemudian disambung kembali, hubungan pembicaraan via telpon benar-benar diakhiri dengan diawali dengan kata-kata si Lelaki, “Memang mau kemana sih ?” dan setelah menunggu jawaban sebentar, tak seberapa lama kemudian, setelah berucap salam, sambungan benar-benar ditutup. Handphone yang sudah terasa panas tadi dimasukkan ke dalam saku baju.
Menjelang stasiun Depok, lelaki disebelahku ini mengambil kembali handphone-nya dan menyisir lagi daftar nama di phone book dan mendapatkan satu nama dan lalu menghapusnya. kemudian dia ke “recent call” dan menghapus nama yang sama dengan phone book tadi. Tatepi aku masih mengingat nama di phone book yang dihapus tadi. Mira my Luv.

One response to “Myra my Luv

Leave a comment